Skip to main content

Posts

Showing posts from 2025

Ketika Tanah Sunda Dihapus dari Ingatan Sejarah Jakarta

Oleh: Nurish Hardefty  Jakarta , ex ibu kota Indonesia, kini identik dengan budaya Betawi. Dari ondel-ondel, lenong, tanjidor, hingga lebaran Betawi yang dirayakan besar-besaran setiap tahun — seolah-olah inilah wajah asli kota metropolitan ini. Namun, jika kita mengulik sejarah dengan jujur dan menyeluruh, ada satu fakta besar yang nyaris dilupakan: sebelum nama Betawi dikenal, bahkan sebelum Batavia dibentuk oleh Belanda, tanah ini adalah bagian dari Kerajaan Sunda. -- - Sunda Kalapa: Jakarta Sebelum Batavia Jauh sebelum VOC menancapkan kekuasaan kolonialnya pada 1619, wilayah yang kini kita kenal sebagai Jakarta adalah sebuah pelabuhan penting bernama Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran, kerajaan besar yang berpusat di Pakuan (Bogor). Orang-orang yang mendiami daerah ini adalah etnis Sunda, dan bahasa serta adat Sunda-lah yang mengalir dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka adalah petani, nelayan, pedagang, penjaga pela...

Siapa Negara Penghasil Nikel Terbesar ?

Negara-negara dengan sumber daya alam (SDA) nikel paling banyak di dunia bisa dilihat dari cadangan nikel terbukti dan juga produksi tahunan nikel. Berikut adalah daftar negara dengan cadangan nikel terbanyak (data per 2024): 🌍 Negara dengan Cadangan Nikel Terbanyak (Estimasi dalam juta ton) 1. Indonesia 🇮🇩 Cadangan: ±21 juta ton Keterangan: Merupakan produsen dan eksportir nikel terbesar dunia. Banyak digunakan untuk industri baterai kendaraan listrik. 2. Australia 🇦🇺 Cadangan: ±20 juta ton Keterangan: Memiliki cadangan besar tetapi tidak sebanyak Indonesia dalam produksi tahunan. 3. Brasil 🇧🇷 Cadangan: ±16 juta ton Keterangan: Banyak proyek tambang besar sedang dikembangkan. 4. Rusia 🇷🇺 Cadangan: ±7 juta ton Keterangan: Punya perusahaan besar seperti Norilsk Nickel. 5. Filipina 🇵🇭 Cadangan: ±4,8 juta ton Keterangan: Eksportir utama ke China, namun mengalami isu lingkungan. 6. Kuba 🇨🇺 Cadangan: ±5 juta ton Keterangan: Salah satu pemasok penting untuk pasar global. 7. K...

Derita di Tanah Air Beta

By Nurish Hardefty  Wahai Tanah Airku— yang dulu dipuja-puja dalam kidung, kini kau digadai dalam sunyi… oleh tangan-tangan penguasa yang hilang nurani! Raja kita... bukan lagi singa yang mengaum di tengah badai, melainkan bayang-bayang pucat yang hanya bisa berucap— "Tunggu arahan saya!" Dan Wapres kita... bukan dipilih oleh nurani hukum, melainkan disematkan oleh konspirasi diam-diam di ruang gelap konstitusi! Di ujung Timur— Raja Ampat kini bersimbah luka! Di Sulawesi dan Kalimantan, hutan ditebas, tanah dikeruk, lautan dibentang pagar demi tambang, DEMI TAMBAHAN KANTONG SI PENJUAL BANGSA! Tanah ini, yang harusnya jadi pusaka, telah menjadi dagangan murah untuk investor China! laut Tangerang dijual. Rempang diancam. Komodo ditukar izin. Lalu, mereka berkata… “Investasi demi kemajuan bangsa!” Sementara itu… ibu-ibu menangis di pasar, karena harga beras tak bisa dibeli oleh air mata. Buruh dirumahkan, anak-anak berhenti sekolah, dan kami... kami disuruh diam, tunduk, taat… p...

Tanah Air Penuh derita

By Nurish Hardefty  Wahai Nusantara, pusaka yang dahulu dipuja, kini dikoyak tangan-tangan durjana. Raja tak lagi bertakhta di atas hikmat, melainkan bersandar pada kursi lemah dan kalimat sesat. Yang duduk di sampingnya—cacat oleh hukum yang dilupa, dielu-elukan laksana pahlawan, padahal sekadar bayang renta. Mereka berpesta dalam cahaya istana, sementara rakyat menggigil dalam gelap negara. Bumi pertiwi kini bertelanjang dada, dikeruk jantungnya oleh sang naga dari timur sana. Demi nikel, demi tambang, demi angka, dikorbankanlah Labuan Bajo, Raja Ampat, Kalimantan, dan Sulawesi, Maluku yang suci tak ternoda. Tanah sulbi leluhur dijadikan barter dagang, dibangun pagar laut, dijual pelabuhan, dibentangkan jalan bagi kaki asing yang garang, dibakar hutan demi investasi dan kehancuran. Pulau Komodo menangis dalam sepi purba, Rempang digertak—tanah waris leluhur hendak direnggut begitu saja. Tiada lagi batas antara negeri dan pasar, semua dijadikan angka, ditakar, ditawar. Hukum kini ...

Negeri Bernama Luka

By Nurish Hardefty  Di tanah yang katanya subur karena doa, tumbuhlah korupsi seperti jamur di kepala negara. KKN berakar di meja kekuasaan, dipupuk oleh janji manis yang penuh kebusukan. Wapres berdiri—cacat secara konstitusi, namun disucikan oleh lembaga yang seharusnya jadi nurani. Presiden pun hanya raja omon-omon, berpidato tegas tapi nyalinya kosong. Di Raja Ampat, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, alam dirobek demi tambang, demi serakah yang membeku. Hutan ditumbangkan, laut dipagar, demi investor asing yang menanam dengan angkuh dan liar. Pulau Komodo menangis tak bersuara, Rempang digadai atas nama “cinta negara.” Tangerang menjual lautnya ke Aguan, seolah tanah air bisa ditukar dengan yuan. Rakyat tak lagi punya pegangan, karena sertifikat tanah kini elektronik tanpa perasaan. Pajak mencekik, aturan membelenggu, harga sembako naik—hidup jadi beban tanpa peluru. PHK massal bagai badai yang diam-diam, menghempas keluarga yang dulu tenang. Dan di tengah reruntuhan nasib raky...

Mirror of Time

By Nurish Hardefty  Between the morning and the sunset that touches, Two faces are carved in the mirror of eternity. You-with eyes that harbor a storm, And me-with a soul that longs to go home. Not because the world sees us as compatible, But because your soul knows my pain, And my hand-even though it's frail-never leaves from the image of you walking beside me. No words to say when we stare, But time stands still every time we pass each other. No need for promises sworn at the altar of heaven, Because your presence alone is unshakable faith. You-not a prince from a fairy tale with wings, But a man from a deserted land and the wounds of the past. Yet I, a woman made of rain and fire, see you not from the form, but from the silence that understands. If destiny is a pen, and time is paper, then we have been written in silent letters that only those who love understand without ever truly belonging. ---

"Moonwalk of the Silent Soul"

By Nurish Hardefty  On a pier of whispers, beneath moon's gaze, I walk where silence wears a silver haze. The world is hushed, a breathless tune, Bathed in tears of a gentle monsoon. "River Flows in You" hums through the air, Notes like footsteps on dreams laid bare. Each drop of rain, a memory’s kiss, Each gust of wind, a love I miss. The sky weeps soft in midnight's fold, Its sorrow seeps through dark and cold. And though I bleed in shades of blue, The echo sings, I once had you. My heart — a stone, carved by time, Yet still it beats to nature’s rhyme. Not broken, no… just weathered, strong, It holds the weight of love too long. The stars refuse to shy away, They watch me ache but never sway. As if they know — as if they feel — The way a soul forgets to heal. Yet in this chill, a truth takes form, That hearts like rocks survive the storm. And love, though lost, still flows below Like rivers through the coldest snow. So let me stay on this quiet lane, With moonlight ...

Aku Adalah Ibu dari Diriku Sendiri

By Nurish Hardefty  Aku adalah ibu dari diriku sendiri Aku lahir di Jakarta— sebuah kota penuh lampu dan kesibukan— namun peluk ibu tak tinggal di sana. Usia enam tahun, aku belajar merawat sendiri lukaku. Tak ada yang bilang bahwa dunia ini kejam, tapi aku tahu, sejak hari pertama aku menangis sendiri. Ibuku, memberiku baju, memberiku uang, namun tak memberiku dirinya. Tak ada pangkuan, tak ada cerita pengantar tidur, tak ada arah dalam keremangan dunia. Anak lain mengadu saat ketakutan, aku mengadu pada tembok diam yang kusebut hati. Aku dewasa dalam sunyi, berpijak di tanah keras dengan kaki luka. Dan ketika aku sukses, orang berkata: "Anak siapa ini?" Senyumku menjawab, tapi hatiku hanya berkata: "Aku anak diriku sendiri." Kini aku dewasa menjaga ibu yang tak pernah menjagaku. Aku yang dulu sendirian— kini belajar menjadi segalanya bagi perempuan yang dulu tidak pernah ada hadirnya dalam duniaku yang retak. ---

Syair Anak Jakarta yang Terlupa

By Nurish Hardefty  Di tanah Betawi aku dilahirkan, Namun kecilku terus diombang-ambingkan, Pindah ke sana, ke sini berjalan, Tanpa pelukan, tanpa bimbingan. Ayahku menghilang tanpa tanggung jawab, sementara Ibuku hadir sekadar nafkah, Sandang tersedia, namun jiwa resah, Tak ada peluk saat hati gelisah, Tak ada nasihat kala batin pasrah. Dirumah nenek, aku tumbuh dalam sunyi dan luka, Belajar dewasa tanpa yang buka, Setiap lara kupeluk jua, Menangis diam, tiada yang peka. Teman dibela orang tuanya, Sedang aku menghibur luka sendiri saja, Tak ada bahu tempat bersandar jiwa, Hanya diriku—satu yang setia. Prestasi kugapai, jerih upaya, Orang memuji, tak tahu cerita, Disangka hangat dididik keluarga, Padahal kupijak luka dan duka. Ibuku diam, kolot tak mengerti, Percaya penuh pada anak sendiri, Padahal hatiku sering berpeti, Tersesat di dunia tanpa petunjuk pasti. Kini dewasa, kujalani peran, Menjadi jiwa seorang ibu yang bukan pilihan, Menjaga ibuku yang dulu meninggalkan, Dengan kasi...

Ship of Longing on Jakarta’s Sea

By Nurish Hardefty  In the midst of the storm, I sail alone, dark waves dancing, the sky screaming unknown. But your voice, like an eternal breeze, echoes in my soul, guiding me with ease. You once said, I’m a super strong woman, even when lightning strikes and hope is gone. Now I believe, you’re watching from the skies, sending light through clouds where memory lies. This song feels like your soul calling mine, dancing with me through Jakarta’s skyline. Among asphalt roads and the city’s glow, your presence stays—I’m never truly alone, you know. You never really left, I feel you near, in every heartbeat, in each silent tear. And tonight, though storms still try to sway, I sail with love that never fades away. --- Kapal Rindu di Laut Jakarta By Nurish Hardefty  Di tengah badai, aku berlayar sendiri, ombak gelap menari, langit menjerit sepi. Namun suaramu, bagai bisikan abadi, menggema di dadaku, menuntun langkah hati. Katamu dulu, aku wanita kuat, meski petir memek...

Jum'at di Tengah Gemuruh Dunia

By Nurish Hardefty  Hari ini Jum'at, langit tak bersahabat, Hujan turun seperti dendam semesta yang meledak, Petir menggores angkasa, Sebagaimana pikiranku mengoyak batas logika. Dunia bergemuruh bukan karena badai semata, Tetapi karena luka-luka yang tak kunjung reda— China dan Amerika bersabung nyali di atas meja dagang, Rusia menghantam Ukraina, Gaza terjepit antara Israel dan dentum Iran, India dan Pakistan saling menatap dengan mata menyala, Sementara di tanah airku, Rakyat berteriak pada dinding kekuasaan Yang hanya bergema untuk mereka yang bertitel tuan. Aku duduk dalam gelap— Listrik mungkin ada, tapi terang tak kunjung hadir dalam jiwa. Perutku menggeliat seperti pejuang terluka, Lapar tak lagi sekadar fisik, Ia menjadi doa yang tak sanggup kuucapkan. Kepalaku adalah medan perang Antara kenyataan dan hasrat yang terus menjerit— Mimpiku berdiri gagah, Namun ditendang oleh takdir yang kerap mabuk oleh kepiluan. Aku lelah, tapi belum mati. Aku lapar, tapi masih bermimpi. Aku...

Cinta Yang Ingin Kuteriakkan

By Nurish Hardefty  Ada cinta yang ingin kuteriakkan, tapi tertahan di antara tanggung jawab dan luka yang tak sempat kupulihkan. Bibirku bisu oleh ego, padahal hatiku menjerit, ingin dipeluk oleh seseorang yang mengerti rintih paling dalam itu. Sayang, andai kau tahu… bukan karena aku tak ingin mencintai, tapi karena aku takut mencintaimu lebih dari diriku sendiri. Aku lelah. Bukan pada cinta, melainkan pada hidup yang menolak memberi aku ruang untuk merasa bahagia sepenuhnya. Ada ibu yang sakit, ada tugas yang tak bisa kupaksa lenyap, sementara hasratku menjadi perempuan yang dicintai terus mengecil, tenggelam dalam rutinitas yang tak manusiawi. Haruskah aku memilih? Diriku sendiri, atau pengorbanan ini? Ataukah, tetap terdiam dalam dilema yang tak kunjung usai, dan membiarkan hatiku perlahan mati dalam senyuman yang dibuat-buat tiap pagi? --- The love I want to shout By Nurish Hardefty  There is a love that I want to cry out, but was held back between responsibilities and w...

Hati Yang Terpaut Satu Nama

By Nurish Hardefty  Arak-arakan pria berkulit putih nan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng telah berlalu, Berselimut kata, beraroma janji semu. Mereka mengetuk jendela hatiku tiap pagi hingga larut malam— Namun sunyiku tetap teguh, tak ingin berbagi. Sebab jiwaku telah lama mengukir satu nama Si durjana berwajah pujangga. Engkau bukan bait lembut atau syair yang jinak, Melainkan badai yang kutunggu saat langit hambar dan retak. Cintamu begitu gelisah, tanpa akar, tanpa mahkota, Hari ini kau mentari, esok hanya angin tak bersuara. Namun engkau—penuh cela dan cahaya yang membara, Menjadi teka-teki jiwa yang tak sanggup kuredakan maknanya. Kau bukan rumah dengan pintu yang kukenal benar, Namun setiap lekuk dirimu membuatku ingin kembali menyandar. Dan walau kau tak pernah belajar untuk menetap, Aku pun tak bisa jadi dermaga bagi kapal lain yang hendak singgah tetap. Apa arti seribu pria bersujud penuh puji, Jika nadiku masih menari di senyapmu yang sunyi? Cinta, mung...

Surat yang Tak Pernah terkirim – Untukmu, Thomas

By Nurish Hardefty  Thomas, Di dunia ini, terlalu banyak pria yang datang dengan rupa yang menenangkan, dengan rencana dan kepastian yang membuai. Mereka hadir seperti peta: jelas, mudah dimengerti, dan aman untuk diikuti. Tapi jiwaku menolak semua itu—dan memilihmu. Kau bukan jalan yang rata, kau adalah badai yang datang tiba-tiba, membuatku takut sekaligus membuatku merasa hidup. Kau adalah batu keras dalam samudra, tak bisa kupeluk, tapi tak bisa pula kuhindari. Aku ingin mencintai yang mencintaiku dengan tenang, tapi getar yang paling jujur hanya terjadi saat aku bersamamu. Ada ruang di hatiku yang bahkan aku sendiri tak pahami, kecuali saat namamu berbisik di sana. Luka darimu lebih berarti dari pelukan pria lain yang terlalu mudah dimiliki. Bukan karena kau sempurna—tidak. Tapi karena kau nyata, dan di balik semua inkonsistensimu, aku tahu: ada cinta yang sedang berjuang, meski dalam diam, meski tak lengkap. Jika suatu hari kau membaca ini, entah kapan dan di mana, ketahuilah...

Balada Jiwa Yang Tertawan

By Nurish Hardefty  Telah lalu parade lelaki berseragam rapi, Berselendang kata, beraroma janji, Mereka mengetuk jendela hatiku saban pagi— Namun sunyiku tak gentar, tak sudi terbagi. Sebab jiwaku telah lama terpatri di benak satu nama, Thomas Hamre, sang durjana berwajah pujangga. Kau bukan puisi yang tenang atau syair yang jinak, Tapi badai—yang kutunggu saat langit terasa hambar dan berjarak. Betapa resah cintamu, tak berakar, tak bermahkota, Hari ini engkau matahari, esok jadi angin tanpa kata. Namun, wahai engkau yang penuh cela dan cahaya, Dalam dirimu, kutemukan teka-teki jiwa yang tak terhingga. Kau bukan rumah yang kukenal bentuk pintunya, Tapi setiap liku dirimu membuatku ingin terus pulang padanya. Dan meski kau tak pandai menetap, Aku tak bisa menjadi pelabuhan bagi perahu yang lain berlabuh tetap. Apalah arti seribu pria bersujud pada puji, Jika denyut jiwaku tetap menari dalam sunyimu yang sunyi? Cinta, barangkali, adalah kesetiaan yang tak selalu rasional— Tapi sejat...

Jiwa yang Memilihmu

By Nurish Hardefty  Di antara ribuan langkah pria yang datang, Mereka tampan, mapan, tutur katanya tenang. Namun jiwaku—bukan mata—yang memilih, Pada seorang pria dengan badai dalam dadanya yang tak pernah letih. Kau, Thomas, batu keras dalam samudra, Kadang datang membawa matahari, kadang petaka. Konsistensimu seperti bayang-bayang senja, Dekat, namun tak bisa kupegang lama. Tapi jiwaku, oh jiwaku, Tak pernah bisa pergi jauh darimu. Ada getar yang tak hadir saat pria lain mengetuk, Ada ruang dalam hatiku yang hanya kau yang mampu duduk. Aku tahu cinta bukan hanya tentang kehadiran, Tapi tentang getar yang tak bisa dipalsukan. Kau hadir seperti luka yang kurindukan, Pahit, namun candu dalam keabadian. Mereka datang dengan janji dan arah, Namun hatiku tetap kau yang menjarah. Bukan karena kau sempurna atau setia, Tapi karena jiwaku—meski lelah—tetap memilihmu sebagai rumahnya. Ingin kuubah takdir agar mudah mencintai yang mencintai, Namun jiwa ini tahu: cinta sejati tak pernah bisa ...

Ingin merubah nama identitas secara resmi dan legal? Berikut langkahnya!

Kalau kamu ingin secara resmi mengganti nama , kamu harus melalui prosedur perubahan nama di dokumen kependudukan. Di Indonesia, proses ini melibatkan beberapa tahapan: 1. Mengajukan Permohonan ke Pengadilan Negeri Kamu harus mengajukan permohonan perubahan nama ke Pengadilan Negeri (PN) sesuai domisilimu. Dalam permohonan ini, kamu harus menjelaskan alasan pergantian nama, misalnya karena ingin menggunakan nama yang lebih modern dan sesuai dengan identitas diri. 2. Persyaratan Dokumen Biasanya, dokumen yang dibutuhkan meliputi: - KTP dan KK asli serta fotokopi - Akta kelahiran asli dan fotokopi - Surat pernyataan alasan perubahan nama Surat pengantar dari kelurahan (kadang diperlukan) Bukti lain yang mendukung permohonan (misalnya, jika ada alasan profesional atau pribadi yang kuat) 3. Proses Sidang Pengadilan akan mengadakan sidang untuk meninjau permohonanmu. Jika disetujui, hakim akan menerbitkan putusan perubahan nama. 4. Perubahan di Dukcapil Setelah mendapatkan putusan pengadila...

REDUP DALAM PELUKAN LUKA ( CERPEN INI TERBIT DALAM BUKU ANTALOGI BUKUVERSE)

Aku menatap langit pagi dari jendela kamar. Cahaya matahari menyelinap masuk, tapi bagiku, ia tak lebih dari sinar yang hampa. Aku dulu mencintai pagi—menikmati kopi sambil menyusun rencana hidup. Sekarang, pagi hanyalah awal dari kelelahan yang sama. Dari tempat tidur, suara napas ibu terdengar berat. Aku bangkit dengan tubuh yang terasa remuk, lalu menuju dapur. Aku membuka kulkas kosong, hanya ada beberapa bahan sisa yang masih bisa diolah. Aku menghela napas, lalu mulai memasak. Hari ini aku memasak ayam goreng dan sayur lodeh. Sesuatu yang lezat. Bukan karena aku punya banyak uang, tapi karena ibu selalu menginginkannya. Dia tidak mau makan kalau hanya ada makanan sederhana, dan aku—aku harus mengusahakannya, entah bagaimana caranya. Aku menyajikan makanan di meja dan membawakan piring untuk ibu. Saat aku meletakkannya di depannya, dia mengernyit. "Kenapa ayamnya cuma ini?" tanyanya. Aku menghela napas. "Aku sudah masak yang terbaik, Bu." Ibu mendengus, mengamb...

Romances?

The Deeper Someone’s Wounds, the More They Choose Silence Not because they can’t feel, but because they are tired of hoping. They no longer beg for love, chase after it, or plead to be chosen. They simply stand in silence, gazing at the world with eyes that no longer shine. If love comes, they won’t rush to embrace it—just watching from a distance, waiting, observing, measuring how much someone is willing to fight against the storm for them. And if, in the end, they feel convinced, maybe then, for the first time in a long while, they will unlock the door to their heart once more. Not because they have lost hope, but because they have learned that true love doesn’t need to be desperately pursued. If someone truly wants and values them, they will prove it. And only then, perhaps, a heart long frozen might consider melting again. ~ Nurish Hardefty 

"Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Indonesia Masih Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain?"

Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain? Indonesia adalah negara dengan sistem perpajakan yang cukup ketat . Dari pajak penghasilan, PPN, pajak kendaraan, hingga PBB, rakyat dibebankan berbagai jenis pajak untuk mengisi kas negara . Sayangnya, meskipun pajak terus meningkat, layanan yang diterima rakyat tidak sebanding. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Norwegia, Swedia, atau Jerman , yang juga memiliki pajak tinggi, rakyat mereka justru menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan berkualitas, dan jaminan sosial yang kuat. Lalu, mengapa di Indonesia pajak tinggi tetapi kesejahteraan rakyat masih jauh tertinggal? --- 1. Pajak Tinggi di Indonesia, Tapi Ke Mana Uangnya? Di banyak negara maju, pajak yang tinggi digunakan untuk membiayai layanan publik. Namun, di Indonesia, meskipun rakyat membayar banyak pajak, mereka masih harus membayar sendiri pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Beberapa fakta ...

Yang diharapkan anak perempuan dari Ibunya

Seorang anak perempuan biasanya memiliki harapan tertentu dari ibunya, yang bisa berkembang seiring bertambahnya usia. Berikut beberapa hal yang umumnya diharapkan: Masa Kanak-Kanak 1. Kasih sayang dan perhatian – Anak perempuan butuh rasa aman dalam pelukan ibunya. 2. Dukungan emosional – Saat sedih atau takut, ia ingin ibunya menenangkannya. 3. Bimbingan dan pengajaran – Dari belajar berbicara, berpakaian, hingga cara bersikap. 4. Kehadiran dalam momen penting – Seperti ulang tahun, acara sekolah, atau saat sakit. 5. Ceritakan kisah dan dongeng – Banyak anak perempuan suka mendengar cerita dari ibunya. Masa Remaja 6. Pemahaman tanpa menghakimi – Ia ingin ibunya mengerti perasaannya tanpa langsung mengkritik. 7. Bimbingan tentang perubahan tubuh dan emosi – Menjelaskan tentang menstruasi, perasaan terhadap lawan jenis, dan kesehatan diri. 8. Kebebasan yang bertanggung jawab – Ia ingin dipercaya, tetapi tetap diarahkan. 9. Dukungan terhadap impian dan bakatnya – Baik itu dalam akademik...

Negara Indonesia dengan Indeks korupsi 2024 di angka 37

Melihat Indonesia dari tahun ke tahun, tampaknya masih jauh dari harapan untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya, khususnya untuk pribumi asli. Ada banyak kesenjangan yang terjadi di negeri ini.  Negeri yang tak pernah redup dari pemberitaan tentang korupsi, terlebih di dua periode 2014-2024.  Dan di awal tahun 2025 hampir setiap hari disuguhi pemberitaan korupsi dari masa pemerintahan sebelumnya. Kita akan sedikit membahas perihal sumberdaya alam, pajak dan sebagainya yang menjadi sumber utama penghasilan negeri ini. Namun, menurut laporan penghasilan anggaran negara lebih banyak diperoleh dari pajak rakyat.  Kenapa bisa seperti itu, bagaimana dengan sumber daya alam negeri ini yang sangat melimpah dan kita kaya akan alam, mengapa itu tidak bisa membuat negeri ini sekaya Singapore untuk kawasan Asia Tenggara? Baik, kita mulai dari Freeport terlebih dahulu. - Mayoritas saham PT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini dimiliki oleh Indon...

Anak perempuan tidak berdosa jika ia merasa sudah tidak sanggup lagi merawat ibunya

Seorang anak perempuan tidak berdosa jika ia merasa sudah tidak sanggup lagi merawat ibunya yang lansia dan sakit, terutama jika alasannya adalah karena kesehatannya sendiri, mencari nafkah untuk bertahan hidup, atau ingin menikah. 1. Tanggung Jawab Anak Laki-laki Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam Islam, anak laki-laki memiliki kewajiban utama untuk merawat dan menafkahi ibu yang sudah tua dan sakit. Jika anak perempuan sudah berusaha sekuat tenaga tetapi merasa tidak mampu lagi, maka saudara laki-lakinya harus mengambil alih tanggung jawab tersebut. Jika anak laki-laki tetap mengabaikan tanggung jawabnya, maka dosa jatuh kepada anak laki-laki, bukan kepada anak perempuan. 2. Prioritas dalam Islam: Kesehatan dan Kehidupan Anak Perempuan Dalam Islam, seseorang tidak boleh membebani dirinya dengan sesuatu yang di luar kemampuannya. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 286: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Jika merawat ibu ...