Skip to main content

Negeri Bernama Luka

By Nurish Hardefty 

Di tanah yang katanya subur karena doa,
tumbuhlah korupsi seperti jamur di kepala negara.
KKN berakar di meja kekuasaan,
dipupuk oleh janji manis yang penuh kebusukan.

Wapres berdiri—cacat secara konstitusi,
namun disucikan oleh lembaga yang seharusnya jadi nurani.
Presiden pun hanya raja omon-omon,
berpidato tegas tapi nyalinya kosong.

Di Raja Ampat, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku,
alam dirobek demi tambang, demi serakah yang membeku.
Hutan ditumbangkan, laut dipagar,
demi investor asing yang menanam dengan angkuh dan liar.

Pulau Komodo menangis tak bersuara,
Rempang digadai atas nama “cinta negara.”
Tangerang menjual lautnya ke Aguan,
seolah tanah air bisa ditukar dengan yuan.

Rakyat tak lagi punya pegangan,
karena sertifikat tanah kini elektronik tanpa perasaan.
Pajak mencekik, aturan membelenggu,
harga sembako naik—hidup jadi beban tanpa peluru.

PHK massal bagai badai yang diam-diam,
menghempas keluarga yang dulu tenang.
Dan di tengah reruntuhan nasib rakyat kecil,
elit tertawa dengan senyum licik dan stabil.

Negeri ini bukan lagi rumah bagi yang jujur,
melainkan panggung bagi aktor licik yang makmur.
Namun, lihatlah—rakyat belum padam sepenuhnya,
masih ada bara di dada yang menunggu waktunya.

---


Comments

Popular posts from this blog

"Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Indonesia Masih Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain?"

Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain? Indonesia adalah negara dengan sistem perpajakan yang cukup ketat . Dari pajak penghasilan, PPN, pajak kendaraan, hingga PBB, rakyat dibebankan berbagai jenis pajak untuk mengisi kas negara . Sayangnya, meskipun pajak terus meningkat, layanan yang diterima rakyat tidak sebanding. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Norwegia, Swedia, atau Jerman , yang juga memiliki pajak tinggi, rakyat mereka justru menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan berkualitas, dan jaminan sosial yang kuat. Lalu, mengapa di Indonesia pajak tinggi tetapi kesejahteraan rakyat masih jauh tertinggal? --- 1. Pajak Tinggi di Indonesia, Tapi Ke Mana Uangnya? Di banyak negara maju, pajak yang tinggi digunakan untuk membiayai layanan publik. Namun, di Indonesia, meskipun rakyat membayar banyak pajak, mereka masih harus membayar sendiri pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Beberapa fakta ...

Caregiver Burnout

Merawat orang tua (ayah/ibu) yang sakit stroke selama bertahun-tahun seperti yang saya alami dua tahun ini tanpa dukungan dari anggota keluarga lainnya baik dari segi waktu, tenaga dan financial bisa menjadi pengalaman yang sangat berat secara fisik, emosional, dan mental. Dimana seharusnya penderita stroke merasa nyaman dalam perhatian sehingga mempermudah proses penyembuhan justru sebaliknya penderita stroke bisa menjadi pelampiasan kelelahan dari orang yang merawatnya. Kondisi ini sering disebut sebagai caregiver burnout atau gangguan mental akibat beban caregiving, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan psikologis seperti stres berat, depresi, atau bahkan trauma. --- Dampak Mental Akibat Merawat Orang Tua Stroke 1. Stres Kronis Tanggung jawab terus-menerus tanpa waktu istirahat dapat meningkatkan hormon stres (kortisol), yang memengaruhi kesehatan mental. 2. Depresi Perasaan terisolasi, kelelahan, dan kurangnya dukungan sering memicu depresi pada caregiver. 3. Kecemasa...

Sendiri Melawan Dunia

Ketika kebanyakan orang menyebut hidup sebagai perjalanan, bagi saya, hidup adalah medan perang. Tidak ada hari tanpa perjuangan, tidak ada waktu untuk jeda. Semua bermula sejak saya lahir ke dunia ini. Dimasa balita kedua orang tua saya bertengkar menyebabkan ayah pergi meninggalkan ibu begitu saja dengan perempuan lain, bahkan saya dalam usia balita dijual kepada orang lain olehnya dan sampai dewasa hidup dalam keprihatinan, kurangnya asuhan dan perlindungan dari dua orang tua. Dipaksa menjadi dewasa sejak usia dini, dan mengikhlaskan ibu mencari nafkah untuk biaya hidup kami. Sementara ayah, dia sibuk dengan hawa nafsunya sendiri tanpa peduli dengan kehidupan kami sampai detik ini. Saya berjuang untuk hidup bahagia dan mendewasa oleh didikan alam semesta. Selepas masa sekolah selesai saya bekerja dan berusaha membiayai kehidupan sendiri baik untuk melanjutkan kuliah dan gaya kehidupan yang saya inginkan. Keinginan untuk menjadi orang bahagia yang sukses membuat saya gila...