By Nurish Hardefty
Di tanah Betawi aku dilahirkan,
Namun kecilku terus diombang-ambingkan,
Pindah ke sana, ke sini berjalan,
Tanpa pelukan, tanpa bimbingan.
Ayahku menghilang tanpa tanggung jawab, sementara Ibuku hadir sekadar nafkah,
Sandang tersedia, namun jiwa resah,
Tak ada peluk saat hati gelisah,
Tak ada nasihat kala batin pasrah.
Dirumah nenek, aku tumbuh dalam sunyi dan luka,
Belajar dewasa tanpa yang buka,
Setiap lara kupeluk jua,
Menangis diam, tiada yang peka.
Teman dibela orang tuanya,
Sedang aku menghibur luka sendiri saja,
Tak ada bahu tempat bersandar jiwa,
Hanya diriku—satu yang setia.
Prestasi kugapai, jerih upaya,
Orang memuji, tak tahu cerita,
Disangka hangat dididik keluarga,
Padahal kupijak luka dan duka.
Ibuku diam, kolot tak mengerti,
Percaya penuh pada anak sendiri,
Padahal hatiku sering berpeti,
Tersesat di dunia tanpa petunjuk pasti.
Kini dewasa, kujalani peran,
Menjadi jiwa seorang ibu yang bukan pilihan,
Menjaga ibuku yang dulu meninggalkan,
Dengan kasih—meski hati tertambat beban.
---
Comments