Di tengah sunyi, lelahku berlapis,
Sejak tubuhku merintih, sembuh dari luka,
Operasi merenggut sisa tenagaku,
Kekasih berpulang, dunia hampa tiba-tiba.
COVID datang, menghantam tanpa belas,
Mengurungku dalam jarak, tanpa genggam yang hangat,
Putus dari kekasih juga sahabat yang pernah jadi sandaran,
Kehilangan berlipat, luka tak terbendung lagi.
Ibuku jatuh dalam derita,
Stroke mengikat tanganku pada tanggung jawab yang tak terelakkan,
Dan di sekelilingku, bisik-bisik jahat menyusup,
Menghujam hati yang sudah terlalu penuh dengan beban.
Keuangan merapuh, harapan terkikis,
Dan di kampung ini, aku terperangkap,
Sendiri dalam sunyi, terisolasi dalam lelah yang tak kunjung usai,
Mencari jeda, mencari udara, dalam kebosanan yang menghimpit jiwa.
Namun di dalam remuk redam ini,
Aku tetap berdiri, meski nyaris roboh,
Menunggu mentari baru menyapa,
Walau malam panjang masih setia menyelimuti.
--------
In the midst of silence, my weariness grows,
Since my body ached, healing from wounds,
The surgery drained the last of my strength,
My love passed away, and suddenly the world felt empty.
COVID came, hitting without mercy,
Locking me away, no warm hands to hold,
Breaking up with a lover also a best friend who was once my anchor,
Loss piled upon loss, wounds too deep to bear.
My mother fell into her own pain,
Stroke binding my hands to responsibilities I can't escape,
And around me, whispers of cruelty crept,
Piercing a heart already weighed down by too many burdens.
Finances crumbling, hope slipping away,
And in this village, I feel trapped,
Alone in silence, isolated in endless exhaustion,
Searching for a pause, for breath, amidst the crushing boredom.
Yet in this shattered, weary soul,
I still stand, though nearly falling,
Waiting for a new sun to rise,
Though the long night still blankets me tight.
By. Nurish Hardefty
Comments