Ibu, maafkan aku untuk suara yang tinggi,
Yang kuberikan saat kesabaranku terkikis.
Aku hanya ingin kau bertahan, tetap di sisiku,
Tapi caraku justru melukaimu.
Aku tahu, rasa sakitmu jauh lebih dalam,
Namun aku, di dalam lelahku, terkadang lupa,
Bahwa kau pun sedang berjuang, menanggung beban yang sama,
Dan kemarahanku memperburuk kondisi hati dan pikiran mu.
Dalam hatiku, ada cinta yang tak pernah hilang,
Maaf, Bu, atas kekasaran yang tercipta dari keputusasaan dan kelelahan jiwaku.
Maafkan aku, Ibu, karena lembutku hilang tadi,
Ketika amarah menguasai hati yang sepi,
Aku hanya takut, takut kehilanganmu,
Tapi takutku malah membuat luka untukmu.
Dalam sakitmu, kau membutuhkan kesabaran,
Tapi aku malah menyerah di tengah perjalanan.
Ibu, dua tahun ini terasa begitu panjang,
Aku merindukan kehidupan kita yang dulu,
Tanpa masalah yang berat,
Walaupun hidup dalam kesederhanaan,
Dan kini, kita hidup dalam frustasi dan lelah yang menghimpit tanpa ada ujung penyelesaian.
Mungkin kau tak tahu, betapa aku tertekan,
Namun itu bukan alasan untuk berkata kasar,
Maaf, Ibu, atas semua yang kulakukan,
Aku hanya ingin kau tahu, aku tak bermaksud melukaimu.
Setiap malam, ketika kau tertidur,
Aku menyesali setiap kata yang menyakitimu,
Malam ini, dalam kecupan di keningmu,
Aku berharap kau mendengar permintaan maafku yang tulus.
By. Nurish Hardefty
Comments