Skip to main content

God: Truth or Illusion?

God: Truth or Illusion?

Does God truly exist,  
Or is He but a tale woven in human dreams,  
An ancient story whispered through time,  
Born from souls thirsty for praise and meaning?

They say He dwells beyond the skies, unreachable,  
In every breath of wind, in the murmur of prayers,  
But is this merely an illusion?  
A mirror reflecting the heart’s uncertain desire?

Behind the pulpit, between sacred pages,  
There’s promise and hope,  
Yet in a world so cruel and silent,  
Why do prayers sometimes echo as nothing but emptiness?

Perhaps God is only a shadow,  
Crafted by fear of an empty end,  
A name carved into the stone of time,  
To give purpose to a life fragile and fleeting.

Yet in every question,  
Doubt lingers still,  
Is His answer found in hearts that search,  
Or behind the silence, is it only void that waits?

-----------

Tuhan: Ada atau Ilusi?

Apakah Tuhan benar ada,  
Atau hanya kisah yang terjalin dalam khayal manusia,  
Dongeng lama yang merayap di tepi pikiran,  
Dicipta oleh jiwa-jiwa haus akan makna dan pujian?

Mereka bilang Dia di langit, tak terjangkau,  
Di setiap desah angin, di dalam alunan doa,  
Namun apakah ini sekadar ilusi?  
Sebuah cermin, memantulkan hasrat hati yang tak pasti?

Di balik mimbar, di antara kitab-kitab suci,  
Ada janji dan harapan,  
Tapi di dunia yang kejam dan sunyi,  
Mengapa kadang doa hanya tersisa sebagai kekosongan?

Mungkin Tuhan hanyalah bayangan,  
Diciptakan oleh ketakutan akan akhir yang sunyi,  
Sebuah nama diukir pada lempeng waktu,  
Untuk memberi arti pada hidup yang rapuh dan fana.

Namun di tiap pertanyaan,  
Masih terselip keraguan,  
Apakah jawab-Nya ada di hati yang mencari,  
Atau di balik keheningan, hanya hampa yang menanti?


By. Nurish Hardefty 



Comments

Popular posts from this blog

"Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Indonesia Masih Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain?"

Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain? Indonesia adalah negara dengan sistem perpajakan yang cukup ketat . Dari pajak penghasilan, PPN, pajak kendaraan, hingga PBB, rakyat dibebankan berbagai jenis pajak untuk mengisi kas negara . Sayangnya, meskipun pajak terus meningkat, layanan yang diterima rakyat tidak sebanding. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Norwegia, Swedia, atau Jerman , yang juga memiliki pajak tinggi, rakyat mereka justru menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan berkualitas, dan jaminan sosial yang kuat. Lalu, mengapa di Indonesia pajak tinggi tetapi kesejahteraan rakyat masih jauh tertinggal? --- 1. Pajak Tinggi di Indonesia, Tapi Ke Mana Uangnya? Di banyak negara maju, pajak yang tinggi digunakan untuk membiayai layanan publik. Namun, di Indonesia, meskipun rakyat membayar banyak pajak, mereka masih harus membayar sendiri pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Beberapa fakta ...

Caregiver Burnout

Merawat orang tua (ayah/ibu) yang sakit stroke selama bertahun-tahun seperti yang saya alami dua tahun ini tanpa dukungan dari anggota keluarga lainnya baik dari segi waktu, tenaga dan financial bisa menjadi pengalaman yang sangat berat secara fisik, emosional, dan mental. Dimana seharusnya penderita stroke merasa nyaman dalam perhatian sehingga mempermudah proses penyembuhan justru sebaliknya penderita stroke bisa menjadi pelampiasan kelelahan dari orang yang merawatnya. Kondisi ini sering disebut sebagai caregiver burnout atau gangguan mental akibat beban caregiving, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan psikologis seperti stres berat, depresi, atau bahkan trauma. --- Dampak Mental Akibat Merawat Orang Tua Stroke 1. Stres Kronis Tanggung jawab terus-menerus tanpa waktu istirahat dapat meningkatkan hormon stres (kortisol), yang memengaruhi kesehatan mental. 2. Depresi Perasaan terisolasi, kelelahan, dan kurangnya dukungan sering memicu depresi pada caregiver. 3. Kecemasa...

Sendiri Melawan Dunia

Ketika kebanyakan orang menyebut hidup sebagai perjalanan, bagi saya, hidup adalah medan perang. Tidak ada hari tanpa perjuangan, tidak ada waktu untuk jeda. Semua bermula sejak saya lahir ke dunia ini. Dimasa balita kedua orang tua saya bertengkar menyebabkan ayah pergi meninggalkan ibu begitu saja dengan perempuan lain, bahkan saya dalam usia balita dijual kepada orang lain olehnya dan sampai dewasa hidup dalam keprihatinan, kurangnya asuhan dan perlindungan dari dua orang tua. Dipaksa menjadi dewasa sejak usia dini, dan mengikhlaskan ibu mencari nafkah untuk biaya hidup kami. Sementara ayah, dia sibuk dengan hawa nafsunya sendiri tanpa peduli dengan kehidupan kami sampai detik ini. Saya berjuang untuk hidup bahagia dan mendewasa oleh didikan alam semesta. Selepas masa sekolah selesai saya bekerja dan berusaha membiayai kehidupan sendiri baik untuk melanjutkan kuliah dan gaya kehidupan yang saya inginkan. Keinginan untuk menjadi orang bahagia yang sukses membuat saya gila...