Dia terbang tinggi,
Seekor kupu-kupu kuning
Hinggap perlahan di taman depan rumahku,
Sayapnya lembut, namun wajahnya murung,
Seolah tahu, aku tengah rapuh.
Di antara bunga yang semestinya ceria,
Ia berdiam, tak ada riang di matanya,
Angin berbisik, namun sunyi terasa,
Seperti hatiku, yang letih dan luka.
“Kau jenuh, aku tahu,” ia berucap diam,
Dalam kesunyian, aku merasa tenggelam,
Sebab hidup kadang begitu lelah dan sunyi,
Seperti perjalanan tanpa akhir yang sepi.
Namun kupu-kupu itu tetap bertahan,
Meski berat, ia tak lari dari tantangan,
Dan sejenak, ia mengajarkan aku,
Untuk terus bertahan, meski hati ingin berlalu.
-------
She's fly high,
A yellow butterfly softly lands,
In the garden outside my door,
Its wings gentle, yet its face forlorn,
As if it knows my heart is worn.
Among flowers that should be bright,
It lingers there, without delight,
The wind whispers, yet silence reigns,
Reflecting the heaviness within my veins.
“I sense your weariness,” it seems to say,
In quietude, I begin to sway,
For life, at times, feels so long and cold,
Like a journey with no hand to hold.
But still, the butterfly stays, unmoved,
Facing the weight it has not removed,
And in that moment, it teaches me too,
To endure, though my soul wishes to undo.
Comments