Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2025

Ketika Tanah Sunda Dihapus dari Ingatan Sejarah Jakarta

Oleh: Nurish Hardefty  Jakarta , ex ibu kota Indonesia, kini identik dengan budaya Betawi. Dari ondel-ondel, lenong, tanjidor, hingga lebaran Betawi yang dirayakan besar-besaran setiap tahun — seolah-olah inilah wajah asli kota metropolitan ini. Namun, jika kita mengulik sejarah dengan jujur dan menyeluruh, ada satu fakta besar yang nyaris dilupakan: sebelum nama Betawi dikenal, bahkan sebelum Batavia dibentuk oleh Belanda, tanah ini adalah bagian dari Kerajaan Sunda. -- - Sunda Kalapa: Jakarta Sebelum Batavia Jauh sebelum VOC menancapkan kekuasaan kolonialnya pada 1619, wilayah yang kini kita kenal sebagai Jakarta adalah sebuah pelabuhan penting bernama Sunda Kalapa. Kota pelabuhan ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran, kerajaan besar yang berpusat di Pakuan (Bogor). Orang-orang yang mendiami daerah ini adalah etnis Sunda, dan bahasa serta adat Sunda-lah yang mengalir dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka adalah petani, nelayan, pedagang, penjaga pela...

Siapa Negara Penghasil Nikel Terbesar ?

Negara-negara dengan sumber daya alam (SDA) nikel paling banyak di dunia bisa dilihat dari cadangan nikel terbukti dan juga produksi tahunan nikel. Berikut adalah daftar negara dengan cadangan nikel terbanyak (data per 2024): 🌍 Negara dengan Cadangan Nikel Terbanyak (Estimasi dalam juta ton) 1. Indonesia 🇮🇩 Cadangan: ±21 juta ton Keterangan: Merupakan produsen dan eksportir nikel terbesar dunia. Banyak digunakan untuk industri baterai kendaraan listrik. 2. Australia 🇦🇺 Cadangan: ±20 juta ton Keterangan: Memiliki cadangan besar tetapi tidak sebanyak Indonesia dalam produksi tahunan. 3. Brasil 🇧🇷 Cadangan: ±16 juta ton Keterangan: Banyak proyek tambang besar sedang dikembangkan. 4. Rusia 🇷🇺 Cadangan: ±7 juta ton Keterangan: Punya perusahaan besar seperti Norilsk Nickel. 5. Filipina 🇵🇭 Cadangan: ±4,8 juta ton Keterangan: Eksportir utama ke China, namun mengalami isu lingkungan. 6. Kuba 🇨🇺 Cadangan: ±5 juta ton Keterangan: Salah satu pemasok penting untuk pasar global. 7. K...

Derita di Tanah Air Beta

By Nurish Hardefty  Wahai Tanah Airku— yang dulu dipuja-puja dalam kidung, kini kau digadai dalam sunyi… oleh tangan-tangan penguasa yang hilang nurani! Raja kita... bukan lagi singa yang mengaum di tengah badai, melainkan bayang-bayang pucat yang hanya bisa berucap— "Tunggu arahan saya!" Dan Wapres kita... bukan dipilih oleh nurani hukum, melainkan disematkan oleh konspirasi diam-diam di ruang gelap konstitusi! Di ujung Timur— Raja Ampat kini bersimbah luka! Di Sulawesi dan Kalimantan, hutan ditebas, tanah dikeruk, lautan dibentang pagar demi tambang, DEMI TAMBAHAN KANTONG SI PENJUAL BANGSA! Tanah ini, yang harusnya jadi pusaka, telah menjadi dagangan murah untuk investor China! laut Tangerang dijual. Rempang diancam. Komodo ditukar izin. Lalu, mereka berkata… “Investasi demi kemajuan bangsa!” Sementara itu… ibu-ibu menangis di pasar, karena harga beras tak bisa dibeli oleh air mata. Buruh dirumahkan, anak-anak berhenti sekolah, dan kami... kami disuruh diam, tunduk, taat… p...

Tanah Air Penuh derita

By Nurish Hardefty  Wahai Nusantara, pusaka yang dahulu dipuja, kini dikoyak tangan-tangan durjana. Raja tak lagi bertakhta di atas hikmat, melainkan bersandar pada kursi lemah dan kalimat sesat. Yang duduk di sampingnya—cacat oleh hukum yang dilupa, dielu-elukan laksana pahlawan, padahal sekadar bayang renta. Mereka berpesta dalam cahaya istana, sementara rakyat menggigil dalam gelap negara. Bumi pertiwi kini bertelanjang dada, dikeruk jantungnya oleh sang naga dari timur sana. Demi nikel, demi tambang, demi angka, dikorbankanlah Labuan Bajo, Raja Ampat, Kalimantan, dan Sulawesi, Maluku yang suci tak ternoda. Tanah sulbi leluhur dijadikan barter dagang, dibangun pagar laut, dijual pelabuhan, dibentangkan jalan bagi kaki asing yang garang, dibakar hutan demi investasi dan kehancuran. Pulau Komodo menangis dalam sepi purba, Rempang digertak—tanah waris leluhur hendak direnggut begitu saja. Tiada lagi batas antara negeri dan pasar, semua dijadikan angka, ditakar, ditawar. Hukum kini ...

Negeri Bernama Luka

By Nurish Hardefty  Di tanah yang katanya subur karena doa, tumbuhlah korupsi seperti jamur di kepala negara. KKN berakar di meja kekuasaan, dipupuk oleh janji manis yang penuh kebusukan. Wapres berdiri—cacat secara konstitusi, namun disucikan oleh lembaga yang seharusnya jadi nurani. Presiden pun hanya raja omon-omon, berpidato tegas tapi nyalinya kosong. Di Raja Ampat, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, alam dirobek demi tambang, demi serakah yang membeku. Hutan ditumbangkan, laut dipagar, demi investor asing yang menanam dengan angkuh dan liar. Pulau Komodo menangis tak bersuara, Rempang digadai atas nama “cinta negara.” Tangerang menjual lautnya ke Aguan, seolah tanah air bisa ditukar dengan yuan. Rakyat tak lagi punya pegangan, karena sertifikat tanah kini elektronik tanpa perasaan. Pajak mencekik, aturan membelenggu, harga sembako naik—hidup jadi beban tanpa peluru. PHK massal bagai badai yang diam-diam, menghempas keluarga yang dulu tenang. Dan di tengah reruntuhan nasib raky...

Mirror of Time

By Nurish Hardefty  Between the morning and the sunset that touches, Two faces are carved in the mirror of eternity. You-with eyes that harbor a storm, And me-with a soul that longs to go home. Not because the world sees us as compatible, But because your soul knows my pain, And my hand-even though it's frail-never leaves from the image of you walking beside me. No words to say when we stare, But time stands still every time we pass each other. No need for promises sworn at the altar of heaven, Because your presence alone is unshakable faith. You-not a prince from a fairy tale with wings, But a man from a deserted land and the wounds of the past. Yet I, a woman made of rain and fire, see you not from the form, but from the silence that understands. If destiny is a pen, and time is paper, then we have been written in silent letters that only those who love understand without ever truly belonging. ---

"Moonwalk of the Silent Soul"

By Nurish Hardefty  On a pier of whispers, beneath moon's gaze, I walk where silence wears a silver haze. The world is hushed, a breathless tune, Bathed in tears of a gentle monsoon. "River Flows in You" hums through the air, Notes like footsteps on dreams laid bare. Each drop of rain, a memory’s kiss, Each gust of wind, a love I miss. The sky weeps soft in midnight's fold, Its sorrow seeps through dark and cold. And though I bleed in shades of blue, The echo sings, I once had you. My heart — a stone, carved by time, Yet still it beats to nature’s rhyme. Not broken, no… just weathered, strong, It holds the weight of love too long. The stars refuse to shy away, They watch me ache but never sway. As if they know — as if they feel — The way a soul forgets to heal. Yet in this chill, a truth takes form, That hearts like rocks survive the storm. And love, though lost, still flows below Like rivers through the coldest snow. So let me stay on this quiet lane, With moonlight ...