Skip to main content

Perbedaan budaya antara Indonesia dan luar negeri dalam merawat orang tua.

Perdebatan demi perdebatan dengan beberapa teman-teman barat saya atau yang lebih akrab dipanggil bule, berujung pada sikap sarkastik dan judgemental disaat kami tidak menemukan sebuah titik penerimaan dari sebuah tema yang sedang kami diskusikan berdasarkan kehidupan yang sedang saya jalani saat ini.
Tak lain pembicaraan ini berkaitan dengan kondisi saya yang berada pada titik buntu dalam merawat ibu di kampung halamannya. 
Saya merasakan jenuh yang luar biasa dan kelelahan secara fisik, emosional dan mental. 
Tanpa pikir panjang teman-teman bule saya menyarankan untuk menempatkan ibu saya di panti jompo, sehingga saya bisa kembali mendapatkan kehidupan pribadi, berkarir mencari uang, studying, traveling bahkan fokus pada hubungan romantis untuk kejenjang pernikahan. 

Tentu sudut pandang kami berbeda. Mereka dengan gaya hidup dan budaya barat mereka yang independen sementara saya dengan gaya hidup dan budaya ketimuran yang dilandasi hukum dari ajaran agama yang saya anut juga.
Hal ini membuat saya menarik mundur dari mereka,  fokus dengan dunia saya bersama ibu yang kini dua tahun sudah merenggut kebebasan hidup saya.

Perbedaan budaya antara Indonesia dan luar negeri dalam merawat orang tua mencerminkan nilai-nilai, tradisi, dan sistem sosial yang dianut masing-masing masyarakat. Berikut adalah beberapa perbedaan utamanya:

1. Kewajiban Anak
Indonesia: Merawat orang tua dianggap sebagai tanggung jawab moral dan budaya anak-anak, bahkan hingga mereka dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Konsep filial piety sangat kental, di mana anak-anak merasa berkewajiban untuk memastikan orang tua dirawat dengan baik di rumah mereka sendiri.

Luar Negeri (Barat): Di negara-negara Barat, ada lebih banyak penekanan pada kemandirian orang tua. Setelah anak-anak dewasa, mereka diharapkan hidup mandiri, sementara orang tua sering memilih tinggal sendiri atau pindah ke panti jompo bila tidak mampu merawat diri.

2. Cara Perawatan
Indonesia: Perawatan orang tua biasanya dilakukan oleh anggota keluarga, terutama anak perempuan. Ini sering dianggap sebagai bentuk bakti dan kasih sayang, meskipun terkadang dilakukan dengan keterbatasan sumber daya.

Luar Negeri (Barat): Banyak orang tua yang menggunakan layanan profesional seperti nursing home atau home care dengan dukungan finansial dari asuransi atau program sosial.

3. Hubungan Emosional
Indonesia: Hubungan emosional antara orang tua dan anak sangat erat. Banyak orang tua yang tinggal bersama anak-anak hingga akhir hayat, karena ada rasa aman dalam kehadiran keluarga.

Luar Negeri (Barat): Hubungan lebih independen, di mana anak-anak dan orang tua saling mendukung secara emosional tetapi tidak selalu tinggal bersama. Orang tua sering didorong untuk menikmati masa tua secara mandiri.

4. Stigma Terhadap Panti Jompo
Indonesia: Mengirim orang tua ke panti jompo sering dianggap tabu atau kurang berbakti. Masyarakat cenderung melihat ini sebagai bentuk pengabaian terhadap orang tua.

Luar Negeri (Barat): Tinggal di panti jompo atau komunitas lansia adalah hal yang umum dan sering kali dilihat sebagai cara untuk memastikan orang tua mendapatkan perawatan profesional dan hidup lebih nyaman.

5. Sistem Sosial dan Ekonomi
Indonesia: Sistem perawatan orang tua lebih mengandalkan keluarga karena kurangnya dukungan sosial atau keuangan dari pemerintah.

Luar Negeri (Barat): Ada sistem asuransi kesehatan, pensiun, dan subsidi pemerintah untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perawatan.

6. Peran Perempuan
Indonesia: Perempuan sering kali menjadi pihak utama yang merawat orang tua, terlepas dari pekerjaan atau beban lainnya. Walaupun dalam ajaran Islam hal itu sebenarnya tanggungjawab sepenuhnya anak laki-laki bukan anak perempuan, jika orang tua memiliki anak lelaki.

Luar Negeri (Barat): Perawatan orang tua biasanya didelegasikan ke layanan profesional, meskipun anak perempuan masih bisa berperan besar dalam keputusan perawatan.

7. Pandangan terhadap Kemandirian
Indonesia: Orang tua sering kali merasa lebih dihargai bila dirawat oleh anak-anak mereka di rumah.

Luar Negeri (Barat): Orang tua lebih bangga bisa hidup mandiri tanpa menjadi beban bagi anak-anak mereka.

Kesimpulan:
Budaya Indonesia menekankan pada hubungan keluarga yang erat dan tanggung jawab anak terhadap orang tua, sedangkan di budaya Barat, kemandirian dan sistem profesional lebih diutamakan. Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan yang tergantung pada konteks sosial dan nilai yang dianut.

Artikel by,

Nurish Hardefty 


Comments

Popular posts from this blog

"Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Indonesia Masih Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain?"

Pajak Tinggi, Tapi Rakyat Menderita: Mengapa Indonesia Tidak Sejahtera Seperti Negara Lain? Indonesia adalah negara dengan sistem perpajakan yang cukup ketat . Dari pajak penghasilan, PPN, pajak kendaraan, hingga PBB, rakyat dibebankan berbagai jenis pajak untuk mengisi kas negara . Sayangnya, meskipun pajak terus meningkat, layanan yang diterima rakyat tidak sebanding. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Norwegia, Swedia, atau Jerman , yang juga memiliki pajak tinggi, rakyat mereka justru menikmati pendidikan gratis, layanan kesehatan berkualitas, dan jaminan sosial yang kuat. Lalu, mengapa di Indonesia pajak tinggi tetapi kesejahteraan rakyat masih jauh tertinggal? --- 1. Pajak Tinggi di Indonesia, Tapi Ke Mana Uangnya? Di banyak negara maju, pajak yang tinggi digunakan untuk membiayai layanan publik. Namun, di Indonesia, meskipun rakyat membayar banyak pajak, mereka masih harus membayar sendiri pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya. Beberapa fakta ...

Caregiver Burnout

Merawat orang tua (ayah/ibu) yang sakit stroke selama bertahun-tahun seperti yang saya alami dua tahun ini tanpa dukungan dari anggota keluarga lainnya baik dari segi waktu, tenaga dan financial bisa menjadi pengalaman yang sangat berat secara fisik, emosional, dan mental. Dimana seharusnya penderita stroke merasa nyaman dalam perhatian sehingga mempermudah proses penyembuhan justru sebaliknya penderita stroke bisa menjadi pelampiasan kelelahan dari orang yang merawatnya. Kondisi ini sering disebut sebagai caregiver burnout atau gangguan mental akibat beban caregiving, dan dapat menyebabkan berbagai gangguan psikologis seperti stres berat, depresi, atau bahkan trauma. --- Dampak Mental Akibat Merawat Orang Tua Stroke 1. Stres Kronis Tanggung jawab terus-menerus tanpa waktu istirahat dapat meningkatkan hormon stres (kortisol), yang memengaruhi kesehatan mental. 2. Depresi Perasaan terisolasi, kelelahan, dan kurangnya dukungan sering memicu depresi pada caregiver. 3. Kecemasa...

Sendiri Melawan Dunia

Ketika kebanyakan orang menyebut hidup sebagai perjalanan, bagi saya, hidup adalah medan perang. Tidak ada hari tanpa perjuangan, tidak ada waktu untuk jeda. Semua bermula sejak saya lahir ke dunia ini. Dimasa balita kedua orang tua saya bertengkar menyebabkan ayah pergi meninggalkan ibu begitu saja dengan perempuan lain, bahkan saya dalam usia balita dijual kepada orang lain olehnya dan sampai dewasa hidup dalam keprihatinan, kurangnya asuhan dan perlindungan dari dua orang tua. Dipaksa menjadi dewasa sejak usia dini, dan mengikhlaskan ibu mencari nafkah untuk biaya hidup kami. Sementara ayah, dia sibuk dengan hawa nafsunya sendiri tanpa peduli dengan kehidupan kami sampai detik ini. Saya berjuang untuk hidup bahagia dan mendewasa oleh didikan alam semesta. Selepas masa sekolah selesai saya bekerja dan berusaha membiayai kehidupan sendiri baik untuk melanjutkan kuliah dan gaya kehidupan yang saya inginkan. Keinginan untuk menjadi orang bahagia yang sukses membuat saya gila...